Selasa, 02 Desember 2014
Filosofi Matematika
Pernah nggak Anda berpikir…
1. Mengapa PLUS di kali PLUS hasilnya PLUS?
2. Mengapa MINUS di kali PLUS atau sebaliknya
PLUS di kali MINUS hasilnya MINUS?
3. Mengapa MINUS di kali MINUS hasilnya PLUS?
Hikmahnya adalah:
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH
1. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
+ x + = +
2. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH, atau sebaliknya mengatakan SALAH terhadap
sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus matematikanya :
+ x – = -
- x + = -
3. Mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang SALAH adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
- x – = +
Pelajaran matematika ternyata sarat makna, yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup.
Minggu, 30 November 2014
kls 9c
1. Farah Shoffa Shafira
2. Nurhaliza
3. Marisa Humaira
4. Nani Shaumi Salsabila
5. Cindy Cantika
6. Bagus Abdurrahman
7. M. Arif Billah H
8. Jemima Tasya
9. Siti Raudah
10. Siti Rahmawati
11. Afina
12. M. Leonaldy Sp
13. M. Yasir Ajib
14. M. Sirajuddin
15. M. Zaky Khatamy
16. M. Karuniawan
17. M. Rizky Pratama A.R
18. Muhammad Zaini
19. Ahmad Rifani
20. M. Wafi Rahman
21. M. Reza Setiawan
22. Syarifah Alyah
23. Ahmad Reza Algifari
24. Arrafi Firjatullah
25. Akhmad Ramadhani
26. Reizha Arum Nugraha Putra
27. Sofyan Maulana Nugraha
2. Nurhaliza
3. Marisa Humaira
4. Nani Shaumi Salsabila
5. Cindy Cantika
6. Bagus Abdurrahman
7. M. Arif Billah H
8. Jemima Tasya
9. Siti Raudah
10. Siti Rahmawati
11. Afina
12. M. Leonaldy Sp
13. M. Yasir Ajib
14. M. Sirajuddin
15. M. Zaky Khatamy
16. M. Karuniawan
17. M. Rizky Pratama A.R
18. Muhammad Zaini
19. Ahmad Rifani
20. M. Wafi Rahman
21. M. Reza Setiawan
22. Syarifah Alyah
23. Ahmad Reza Algifari
24. Arrafi Firjatullah
25. Akhmad Ramadhani
26. Reizha Arum Nugraha Putra
27. Sofyan Maulana Nugraha
Kamis, 27 November 2014
Nafas Pasar Terapung Di tepian Zaman
Suara deru mesin kelotok yang aku tumpangi memecah kesunyian pagi yang masih menyisakan dingin sisa hujan semalam. menyusuri sungai dalam keremangan menjelang pagi cukup membuat pesona tersendiri. Langit sedikit demi sedikit berubah warna dari gelap, jingga dan perlahan matahari menyampaikan kehangatannya di sela-sela awan dengan sinarnya yang terang dan memancarkan bias-bias yang indah. Riak dari gulungan ombak yang berkejaran membuat jukung-jukung yang di kayuh beberapa wanita paruh baya dengan menggunakan Tanggui atau caping besar yang terbuat dari daun rumbia menari gemulai di atas sungai. Bagaikan denyut nadi kehidupan yang penuh semangat tercermin dari setiap kayuhan, Sunguh landscape alam yang sangat luar biasa, konon hingga tersohor hingga ke mancanegara, Inilah vinezia-nya indonesia.
Perjalanan kali ini di kota Banjarmasin dimulai saat subuh tiba, karena pasar terapung ini hanya beroperasi pagi hari. Pasar terapung ini terletak di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, tepatnya di kelurahan Alalak Selatan kecamatan Banjarmasin Utara kota Banjarmasin Kalimantan selatan. Kelurahan Alalak Selatan mempunyai luas wilayah cukup besar yaitu 158,80 Ha dengan jumlah penduduk 11.594 jiwa dengan mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah berdagang.
Di muara kuin.., tempat berkumpulnya jukung-jukung yang sarat muatan barang dagangan sayur mayur, buah-buahan, segala jenis ikan, kuliner dan berbagai kebutuhan rumah tangga semua tersaji disini yang memanjakan segala keinginan para pembeli. Di tepian sungai inilah awalnya berlangsung pusat perdagangan tradisional berkembang. Aktivitas ini sudah berlangsung sejak lama..tidak kurang dari 400 tahun yang lalu sejak jaman kesultanan Banjar, Pada tahun 1526 Sultan Suriansyah mendirikan kerajaan di tepi sungai Kuin dan Barito yang kemudian menjadi cikal bakal kota Banjarmasin.
Perahu yang di pergunakan sebagai alat transfortasi masyarakat Banjarmasin disebut dengan jukung. Mereka sudah mulai berjualan setelah subuh tiba sampai pukul 9 pagi. Dan yang istimewa dari pasar ini adalah adanya Barter antar para pedagang yang berperahu yang dikenal dengan Bapanduk. Pedagang yang menjual hasil produksinya disebut dengan Dukuh sedang tangan kedua yang membeli dari para dukuh disebut dengan Panyambungan.
Sayangnya Pasar Terapung Kuin kian hari semakin sepi karena budaya sungai yang semakin terdesak pembangunan yang lebih berorientasi darat. Banyak orang menyarankan agar tidak mengunjungi pasar ini, alasannya kita tidak akan menemukan lagi eksotisme pasar terapung di sini. Dan inilah yang membuat aku ingin lebih tau banyak mengapa ini bisa terjadi. Selain aku masih dapat menyaksikan sisa-sisa kejayaan pasar terapung yang unik, aku juga dapat merasakan sensasi berperahu di atas Sungai Barito dan mengunjungi beberapa objek wisata lain seperti Pulang Kembang dan Masjid Sultan Suriansyah.
Terlepas dari pemandangan di pasar terapung benar benar cantik menghadirkan kondisi ratusan tahun silam di abad 21 seperti sekarang ini. Semuanya begitu alami dan tradisional. Pamor Pasar Terapung Kuin yang terletak di atas sungai Barito di Kota Banjarmasin terus memudar, seiring menyusutnya jumlah para dukuh sebutan pedagang wanita yang rata-rata usianya sudah tua bejukung di pasar terapung yang beraktivitas di Muara Sungai Kuin. Sungai yang dulu menjadi urat nadi perekonomian Banjar sudah hampir punah. Pasar terapung mulai kalah oleh pasar darat dan juga pusat belanja. Menjamurnya motor juga mempercepat kematian pasar terapung. Perkiraanku, pedagang yang bertahan ke pasar terapung ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar pasar . Mereka memang pedagang sejak dulu dan hanya mencoba bertahan. Namun ini bukan lagi kegiatan utama mereka. Aku yakin hanya sedikit, atau bahkan tidak ada anak-anak muda Banjar, yang meneruskan kegiatan orang tuanya ini. Dan ini sedikit terjawab seperti yang diceritakan Acil Imah salah seorang pedagang di pasar terapung disela-sela kesibukannya menjajakan dagangannya yang aku temui.
“ di pasar ini ga seperti dahulu lagi…pedagang mulai berkurang karna pembeli semakin berkurang, selain itu pasar di darat sudah semakin banyak. Sementara anak-anak tidak mau meneruskan usaha berdagang ini karna sudah tidak menjanjikan lagi secara ekonomi”
Demikianlah gambaran pasar terapung saat ini yang diceritakan Acil Imah bahwa Kalangan pedagang di Pasar Terapung Sungai Barito Banjarmasin, mengeluhkan sepinya pembeli atau masyarakat yang belanja ke pasar tradisional yang kini menjadi ikon pariwisata provinsi Kalimantan Selatan tersebut. Lain lagi yang dituturkan oleh Acil Salbiah pedagang pasar terapung . saat ini pembeli maupun pedagang di Pasar Terapung telah jauh berkurang.Hal tersebut terjadi karena sebagian besar pedagang maupun pembeli memilih berjualan dan berbelanja di pasar modern yang kini banyak terbangun di Kota Banjarmasin.
“ pembeli semakin berkurang, karna semakin banyaknya pasar di darat dan sangat mudah di jangkau, sementara kalo disungai fasilitas yang ada sangat tidak memadai, kurang perhatian dari pemerintah. Dermaga yang ada di pasar terapung seakan dibiarkan begitu saja, rusak tidak ada perbaikan dan pembinaan terhadap pedagang”.
Menyusutnya pedagang pasar terapung Kuin juga diiringi oleh hilangnya rumah-rumah lanting yang dulunya ada di sepanjang Sungai Kuin yang menjadi bagian sejarah panjang keberadaan pasar terpung yang usianya udah lebih dari 400 tahun ini. Kini jumlah pedagang makin menyusut. Pedagang yang sebagian besar perempuan hanya berjumlah puluhan. Padahal, di masa lalu jumlahnya mencapai ratusan orang. Bukan hanya jumlah pedagang yang menyusut, para pelakunya juga sudah tua-tua.
Perpindahan lokasi transportasi dari sungai ke jalur darat menjadi salah satu penyebab menyusutnya jumlah pedagang pasar terapung. Muara Kuin sebutan Pasar terapung Kuin tak lagi menjadi tujuan transaksi di atas air para pedagang pendalaman di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Kemudian tersumbatnya sebagian anak-anak sungai Martapura mengharuskan sebagian pedagang bersampan pindah ke pasar di daratan.
Di tepi zaman, mungkin begitu kiranya nasib pasar terapung. Sebuah tradisi nenek moyang yang memang mengandalkan sungai sebagai jalur utama transportasi dan perputaran hidup, sebuah budaya asli kehidupan dengan ribuan sungai yang mengaliri lembah-lembah dataran rendah Borneo, perlahan-lahan mulai memudar. Ia masih ada, masih bernafas di tepi zaman. Jika generasi tua tidak lagi menjajakan dagangan di pasar terapung saat itulah pasar tinggal nama.
Respon dari pemerintah tentu saja para pedagang pasar terapung berharap banyak agar pasar terapung tidak hanya sekedar bertahan di tengah derasnya persaingan perdangan yang lebih menjanjikan di darat tetapi juga bisa meningkatkan tarap kehidupan para pedagang di pasar terapung.
Inilah sekelumit permasalahan yang saya jumpai di pasar terapung muara Kuin Alalak Selatan Banjarmasin. Pembenahan pasar terapung dengan kultur Budaya Kota Banjarmasin yang terkenal dengan sebutan Kota Seribu Sungai. Kekayaan asset Budaya Pasar terapung yang dimiliki kota Banjarmasin menjadi asset yang potensial dalam sektor pariwisata sekaligus sebagai inspirator dalam mengeksplorasi pengembangan ekonomi kreatif yang dapat bersaing di era global.
* Diambil dari akudantamanlangit.wordpres.com
Langganan:
Postingan (Atom)